Terngepop

Kamis, 01 Oktober 2009

Nikmat dan Cobaan

Sore ini (28/9/2009) di Facebook ada status yang menarik dari seorang teman. Kira-kira bunyinya "pertanyaan wajib dijawab selama libur lebaran : kapan nyanding (nikah)?", kalau yang jawab Ringgo Agus Rahman sih saya tau jawabnya "May. Maybe yes, maybe no. :) Di bawah status tersebut berjejer comment dari teman-teman yang lain diantaranya "Santai wae tangan belum lecet", "Wah podho, Mas", dsb. Sementara sang empunya status sendiri berkomentar "Nganti bosen aku njawab".

saya jadi teringat ceramah salah seorang pengkultum saat sholat tarawih pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan yang baru saja meninggalkan kita semua. Beliau menyampaikan materi kultum yang berhubungan dengan nikmat dan cobaan dari Allah. Disini saya mencoba untuk mengintepretasikan materi kultum tersebut.

Para pembaca sekalian berhubung ini ada sangkut pautnya dengan agama maka bila saya ada kesalahan mohon diluruskan, bila ada kekurangan mohon dilengkapi dan apabila ada yang berlebih mohon disisihkan supaya pas, bila saya punya salah dengan saudara-saudara sekalian mohon maaf lahir dan batin mumpung masih bulan Syawal. Hehehe...


NIKMAT YANG MENJADI BEBAN
Terus terang saya tidak tahu isi hati teman saya yang menerima pertanyaan yang paling sering diajukan saat lebaran tersebut, apakah menjadi tambahan beban dalam hidupnya atau justru "take it easy" aja seperti kata salah seorang teman KKN saya. Tapi saya tahu jelas umur teman saya tersebut dan effort-nya untuk mendapatkan sandingan. (^_^)V peace...!

Saya yakin Anda semua pernah mendengar statement "Allah tidak pernah memberikan cobaan yang tidak mungkin bisa ditanggung oleh umatnya". Itu artinya Allah sudah tahu dosis yang tepat untuk kita semua. Begitu juga dalam memberikan nikmat, Allah tahu dosis yang tepat untuk kita semua. Bisa saja kita telah melakukan berbagai macam ikhtiar dan tidak putus-putusnya berdoa kepada Allah agar kita mendapatkan nikmat yang diidam-idamkan. Tapi ternyata menurut Allah kesiapan kita untuk menerima nikmat-Nya masih kurang, maka Allah akan menunda untuk memberikan nikmat-Nya kepada kita sampai kita benar-benar siap untuk menerima. Karena apa? Karena nikmat tersebut bisa jadi akan menjadi beban cobaan yang tidak bisa kita tanggung dosisnya.

Contoh sederhana saja, ada sepasang suami istri yang sudah menikah bertahun-tahun secara materi sangat berkelimpahan. Seperti kita tahu anak adalah anugerah yang sangat dinanti-nanti bagi mereka yang telah menikah. Namun mereka tak kunjung diberi momongan, padahal segala macam upaya dan doa telah dilakukan. Selidik punya selidik Allah Maha Tahu, sekalipun mereka punya materi berlebih, keinginan punya anak juga sudah sangat kuat, segala macam usaha sudah diupayakan namun Allah menilai mereka belum siap untuk dapat mendidik supaya anaknya kelak menjadi anak yang sholeh & sholehah. Apa jadinya jika saat itu juga Allah memberinya anak, bisa jadi kelak anak itu akan menjadi anak yang bengal, suka membantah orang tua, suka berbuat kerusakan dan pada akhirnya akan menjadi anak yang menjerumuskan kedua orang tuanya ke neraka.

Untuk kasus teman saya tersebut, bisa jadi jauh di dalam lubuk hati dan pikirannya dia masih merasa terbebani apabila ada sandingan yang masuk ke dalam hidupnya sekalipun alam sadarnya sangat menginginkan untuk segera mendapat sandingan. Oleh karena itu Allah masih menahan wanita yang menjadi sandingannya sampai dia benar-benar siap dan tidak lagi merasa terbebani dengan kehadiran sandingan dalam hidupnya. Saya hanya bisa mendoakan saja supaya jangan menyerah dan teruslah berusaha.

COBAAN DALAM BENTUK KENIKMATAN
Dalam mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen yang saya dapatkan di bangku kuliah, untuk meningkatkan kinerja bisa digunakan dua cara yaitu dengan memberikan punishment apabila target tidak tercapai atau memberikan reward bila mencapai target. Sekalipun kedua cara itu sangat bertolak belakang namun kedua cara tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu supaya kinerja meningkat dan tujuan tercapai.

Kaitannya dengan cobaan dan nikmat Allah yaitu, untuk meningkatkan keimanan kita terkadang Allah bukannya memberi cobaan tapi justru kenikmatan. Sudah jamak kalau seseorang dalam kesusahan (cobaan) ia akan teringat kepada sang Penciptanya, tapi apabila seseorang diberi kenikmatan yang melimpah oleh Allah kebanyakan dari mereka justru terlena dan melupakan Tuhannya

Saya berikan contoh saja. Si A adalah seseorang yang berasal dari keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan, meskipun begitu ia adalah seorang yang rajin, ulet, pantang menyerah dan rajin beribadah. Melihat ikhtiar dan doanya yang begitu kuat untuk mengubah taraf kehidupannya maka Allah memberikannya sebuah momentum untuk mengubah kehidupannya dimana Si A dapat mendirikan sebuah usaha. Berkat kerja kerasnya dan doanya yang terus menerus usaha tersebut semakin berkembang dan harta Si A semakin bertambah banyak. Sudah menjadi naluri dasar manusia apabila satu keinginannya tercapai maka ia akan menginginkan sesuatu yang lebih lagi. Dari sebelumnya yang hanya bekerja sampai menjelang Maghrib kini Si A bekerja hingga larut malam demi menambah kekayaannya. Sehingga ia yang sebelumnya selalu bangun disaat Subuh kini bangun agak siang dan meninggalkan sholat Subuhnya.

Sholat Subuh pun mulai ia tinggalkan dan lama kelamaan sholat-sholat yang lain pun ia tinggalkan juga. Akan tetapi semakin ia meninggalkan sholat justru taraf kehidupannya semakin meningkat hartanya semakin melimpah. Nah pembaca sekalian inilah bentuk cobaan dalam wujud kenikmatan, inilah momentum yang menentukan apakah Si A akan makin jaya atau malah menekan tombol hitungan mundur menuju kehancurannya.

Apabila ia menyadari bahwa semua harta itu berasal dari Allah dan ia kembali mengingat Allah, melaksanakan sholat-sholat yang selama ini telah ditinggalkannya maka Allah akan menjaga harta itu untuknya dan bahkan menambahkannya lagi. Dan itu berarti ia lulus dari cobaan. Namun apabila konsepsinya menjadi terbalik bahwa semakin Allah ditinggalkan dan dilupakan maka hartanya akan bertambah banyak bisa dipastikan ia tinggal menunggu saat kehancurannya saja, ia gagal lulus dari cobaan.

KESIMPULANNYA
Allah bekerja memberikan kita nikmat dan cobaan dengan cara-Nya yang serba Maha sehingga terkadang tidak dapat kita pikirkan dengan akal budi kita yang sangat terbatas ini. Suatu cobaan bisa berarti sebuah nikmat dan begitu juga sebaliknya, namun satu hal yang perlu kita pegang, baik itu berada dalam kondisi cobaan maupun kondisi nikmat tetaplah mengingat Allah.

Bagi Anda sekalian yang memiliki keinginan dan sudah bekerja keras serta rajin berdoa untuk memperoleh apa yang Anda inginkan namun tak kunjung tercapai, janganlah Anda menyalahkan Allah karena Allah itu Maha Memberi, Maha Penyayang dan Maha Tahu. Karena sesungguhnya Allah sedang menyelamatkan Anda dari cobaan yang tidak akan kuat Anda tanggung karena ketidaksiapan Anda untuk menerima nikmat-Nya. Tetaplah ingat kepada Allah serta siapkan diri Anda lebih baik lagi untuk menerima nikmat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar