Terngepop

Kamis, 04 Juni 2009

Filosofi Pemulung VS Tukang Sampah

Mulanya hanya berawal dari sekedar mengomentari status di wall Facebook seorang teman (yang nampaknya adalah sebuah curhat terselubung tentang kesendiriannya), namun kegiatan saling mengomentari di Facebook tersebut akhirnya malah berubah menjadi sesi curhat yang membuahkan sebuah filosofi baru bagi saya.

Dari mulanya saya yang mengomentari tentang kesendiriannya malah berbalik jadi dia yang mengomentari & menanyai kesendirian saya, jawabannya saya ringan saja "Belum ada yang cocok di hati". Dan teman saya tersebut menanggapi kembali dengan mengatakan "Ah sok milih kamu, Ben. Hehe...". Saya jawab kembali dengan "Wah klo tu mah hukumnya wajib harus kudu, Nad. Pemulung aj klo mulung g smua sampah diambil, masa' kita cari pasangan asal2an aj g pke pilih2..." Dan nampaknya "filosofi pemulung VS tukang sampah" yang saya tandingkan dengan dengan urusan mencari pasangan tersebut cukup mengena.

THE INSPIRATION
"Filosofi pemulung VS tukang sampah" dalam kaitannya dengan mencari pasangan tersebut sebenarnya terinspirasi dari sebuah kejadian saat saya bersama rekan-rekan saya sedang menuju sebuah warung makan. Tidak sengaja kami melihat mantan pacar salah satu rekan saya (untuk kesekian kalinya) menggaet cowok baru lagi. Kesan yang saya tangkap saat melihat cowok tersebut adalah cewek mantan pacar rekan saya itu asal gaet cowok saja (yang ternyata pernyataan saya ini diamini oleh seluruh rekan-rekan saya). Spontan saya berkomentar,

"Mantanmu ki piye tho? Golek cowok koq sing koyo ngono, ora ono liyane po? Mbok golek cowok ki sing luwih apik timbang kowe. Jangan-jangan mung gresek** kuwi*."

Dan disambut dengan "Hahaha..." dari seluruh rekan-rekan saya, tawa yang menandakan bahwa mereka setuju dengan pernyataan saya. Karena teringat perisitiwa itulah maka tercipta "Filosofi pemulung VS tukang sampah". Nah, mari kita ikuti penjabaran lengkapnya.

MENGAPA PEMULUNG?
Mungkin terbersit pertanyaan di benakmu, kawan, "Mengapa yang dipilih sebagai tokoh protagonisnya adalah pemulung? Koq bukannya tukang sampah atau mungkin profesi lain yang terkait dengan pungut memungut sampah?"

Jawabannya sederhana saja, karena meskipun sama-sama berkecimpung dalam dunia pungut memungut sampah pemulung tidak akan asal-asalan mengambil sampah sekalipun di depan matanya teronggok berpuluh-puluh kilo sampah. Pemulung hanya memungut sampah yang bisa mendatangkan manfaat ekonomis bagi dirinya (misalnya, botol air mineral, botol oli) sedangkan yang tidak mendatangkan nilai ekonomis bagi dirinya tidak akan dipungutnya. Berbeda dengan tukang sampah, ia akan mengambil apa saja mulai dari botol air mineral sampai dengan tulang kepala ikan yang entah apa manfaatnya untuk dirinya. Pokoknya asal sampah sikat saja lah, hajar bleh.

Jadi filosofi yang bisa ditarik dari sang pemulung ini adalah sikapnya yang selektif serta tidak asal-asalan. Bahkan saat dihadapkan dengan pilihan hal-hal yang buruk pun dia berusaha mencari yang terbaik. Bukannya seperti tukang sampah yang asal sampah main sikat main embat saja. Koq malah jadi mirip kucing garong ya??? Hahaha...

KAITANNYA DENGAN MENCARI PASANGAN?
Nah inlah dia mungkin bagian menariknya. Hehehe... Orang-orang di sekitar kita dewasa ini justru mencari pasangan hanya lebih karena desakan waktu (misalnya ingin cepat menikah karena sudah umur, bahkan seorang teman pernah menulis di statusnya "30 hari mencari cinta" hanya gara-gara ingin punya pacar yang memberinya coklat saat valentine day, dll.) atau karena faktor lingkungan sekitar (misalnya malu dibilang nggak gaul kalau belum punya pasangan, dll), kedua hal tersebut bila dirangkum dalam kata-kata yang lebih simpel menjadi "nafsu, ambisi & obsesi". Banyak orang mengabaikan hatinya (jangan kau lupakan kawan, pada dasarnya ini adalah urusan hati) serta terlalu berpegangan pada nafsu, ambisi & obsesi tersebut sehingga mereka cenderung berfilosofi tukang sampah, asal ada cowok atau cewek jomblo sikat saja bahkan yang tidak jomblo pun sering disikat juga. Nah lo...

Kalau caranya begitu tidak heran kalau dewasa ini booming yang namanya hubungan seumur toge (baru beberapa hari sudah bubar) atau selingkuh (yang lagi ngetrend banget nih). Logikanya karena sebelumnya meraka memilih pasangan atas dasar nafsu, ambisi & obsesi, saat mereka merasa menemukan pasangan dengan hatinya maka beralihlah mereka ke hubungan yang baru & meninggalkan yang lama. Tapi namanya juga baru merasa ya jadinya bisa benar atau bisa juga terperosok lagi pada kesalahan yang lama, selain itu batas antara menggunakan hati dengan nafsu, obsesi & ambisi memang tipis sekali.

IN THE END...
Sekalipun dimulai dengan dasar nafsu, obsesi & ambisi di dunia ini tidak ada orang yang memulai suatu hubungan dengan niat sejak awal untuk memutuskan hubungan tersebut pada suatu saat nanti (mungkin saja ada, tetapi menurut saya hanya orang yang tidak waras & sakit saja), karena itu putuskanlah untuk memulai suatu hubungan dengan hatimu. Jangan lupa dengan filosofi pemulung di atas, carilah pasangan yang terbaik yang bisa kamu dapatkan, sekalipun dihadapkan pada pilihan-pilihan yang terburuk tetap carilah yang terbaik. Kemudian pertimbangkanlah baik-baik dengan hatimu, mungkin akan sedikit makan waktu tapi kamu akan memperoleh sebuah hubungan yang jauh lebih baik daripada sebuah hubungan yang kamu pertimbangkan dengan nafsu, obsesi & ambisi.

Terjemahan:
* Mantanmu itu bagaimana tho? Cari cowok koq yang seperti itu, apa nggak ada yang lain? Kalau cari cowok tuh yang lebih bagusan daripada kamu. Jangan-jangan itu cuma gresek
** Gresek (bahasa jawa logat Semarang), artinya mencari sisa-sisa buangan di sepanjang jalan atau tempat sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar