Siang itu sebenarnya tujuan kami adalah ke salah satu bank BUMN menemui sahabat Ibu untuk menyelesaikan suatu urusan. Dalam perjalanan kami melewati suatu daerah yang bernama Kampung Bintang dan saat melewati kampung tersebut kami melihat sebuah papan nama restoran dengan judul utama "Mr. Asui" yang ditulis dengan huruf merah. Tiba-tiba saja Om yang bertindak sebagai sopir kami nyeletuk "Tu lho restoran Mr. Asui,
nya mantaaa...ppp!".
Tanteku yang duduk di belakang menimpali, "Iya, aku pernah nonton di TV Pak Bondan makan disitu. Keliatannya enak."
Aku menoleh ke arah Ibuku yang duduk di kursi tengah, sambil nyengir-nyengir. Nampaknya beliau sudah paham maksudku, kontan saja beliau mau menjawab "Mau nyoba makan di situ?".
Jawabanku sudah pasti, "Boleh... Boleh... Hehehe..."
"Ya, ntar abis dari bank & Toko Kartini ya", sahut beliau. "OK, siii...ppp!", jawabku.
Sekitar satu jam kemudian setelah menyelesaikan urusan di bank & Toko Kartini mobil pun diputar balik ke restoran Mr. Asui. Begitu turun dari mobil aku nyeletuk "Lho restorannya tutup ya?", karena memang begitu kelihatannya. Yang terlihat hanyalah sebuah bangunan berwarna krem dengan dua buah pintu dimana salah satu pintu tersebut tertutup oleh
rolling door warna coklat sementara pintu yang satunya lagi yang lebih lebar
rolling doornya hanya menutup seperempat bagian. "Bukan dari situ masuk restonya. Masuk ke gang itu ntar dibelakang ada ruang makannya." jawab Omku. Kami pun masuk ke gang itu dan benar saja di belakang bangunan tadi ada ruang makan yang luas sementara di samping ruang makan itu ada dapur yang (tampaknya) mengusung konsep
open kitchen, karena dapurnya memang tidak "disembunyikan" dari mata pengunjung seperti restoran kebanyakan.
Tampak luar restoran Mr. Asui yang tidak meyakinkan. Kami memilih tempat duduk di sudut ruangan dan seorang pelayan langsung menghampiri menyodorkan daftar menu. Daftar menu sederhana, hanya sebuah
print out di atas kertas HVS yang di
layout ala kadarnya dan kemudian dilaminating. Menunya dikategorikan berdasarkan jenis makhluk lautnya dan ditambah beberapa sajian dari hewan darat dengan
drop down menu variasi masakan dari hewan-hewan tersebut seperti bakar, goreng mentega, saus padang, dll. Namun daftar menu ini tidak menyertakan daftar harga dari sajian-sajian tersebut, yang nantinya akan menjadi kejutan tersendiri bagi kami. :)
Sekitar 10 menit setelah menyerahkan kertas order ke tangan pelayan, menu pertama pun dihantarkan ke meja kami. Yang meluncur pertama adalah kepiting saus tiram, kepiting dengan ukuran
cingkong yang jumbo ini jelas sangat men
jawil nafsu makanku. Berhubung kalau dimakan duluan nanti malah habis sebelum kawan-kawan si kepiting datang, akhirnya nafsu memangsa dipuaskan dulu dengan menyeruput saus tiramnya. Saus yang berwarna hitam kecoklatan dengan sedikit semburat merah ini meluncur menyerang lidah. Rasa saus tiram yang sudah nge
blend dengan kaldu daging kepiting benar-benar
makjreng. Kekentalannya benar-benar pas tidak terlalu kental (biasanya karena kebanyakan tepung kanji atau maizena), tidak juga terlalu encer seperti di warung-warung
seafood kaki lima kebanyakan dimana peran saus tiram dikalahkan oleh air supaya terlihat banyak. Dijual terpisah pun menurutku saus tersebut pun bisa laku, saus tersebut cocok sekali untuk dijadikan campuran nasi goreng. Itu baru sausnya saja lho, setelah dicicipi ternyata daging kepitingnya juga tidak kalah
makjreng dengan sausnya. Dagingnya terasa manis, siram dikit pake sausnya dan rasanya pun menjadi
makjreng kuadrat. Sayangnya
cingkong yang sedari tadi kuincar sudah "dihajar" Om duluan.
Kepiting Saus Tiram, Cumi Goreng Mentega & Ca Tauge Ikan Asin
Kloter kedua datanglah duet maut makanan yang digoreng, ca tauge ikan asin didampingi dengan cumi goreng mentega. Sekilas ca tauge ikan asin tersebut tampak seperti ca tauge ikan asin kebanyakan, namun aku tetap saja penasaran untuk mencicipinya. Kuambil beberapa sendok ca tauge tersebut dan kusandingkan dengan nasi putih yang sudah disiapkan dari tadi. Suapan pertama, rasanya tidak beda jauh dengan ca tauge ikan asin di sebuah resto
seafood di kota tempat tinggalku, Semarang. Taugenya tidak ditumis terlalu lama, terbukti dari tekstur si tauge yang masih renyah, sementara itu di belakangnya menyusul semburat rasa saus tiram sebagai bumbu khas dari hidangan yang mengusung citarasa
seafood. Suapan kedua,
surprise, di sela-sela tauge ternyata tersembunyi potongan ikan asin. Bukan ikan asin yang berupa teri seperti pada kebanyakan sajian ini, tapi ikan asin dari ikan tengiri yang merupakan produk lokal khas pulau Bangka. Ikan asin favoritku sejak aku masih kecil. Tingkat keasinannya yang melebihi asinnya ikan asin teri memberikan kejutan yang
maktratap pada lidah, kejutan yang menonjok. Sedikit kunyah-kunyah
and then it blends perfectly with ca tauge and rice.
Berikutnya giliran mencicipi sang pasangan duet ca tauge ikan asin, yaitu si cumi goreng mentega. Porsinya tidak terlalu banyak, namun yang agak tidak biasa adalah si cumi disajikan dengan timun yang di-slice kasar. Tanganku pun langsung mencomot potongan tentakel
cephalopoda itu dan segera saja meluncur ke mulut. Sajian yang secara visual nampaknya akan berasa hambar tersebut, karena tidak ada perubahan warna yang berarti dari si cumi meskipun sudah dimasak dengan mentega, ternyata menyimpan kejutan tersendiri. Rasa asin bercampur gurih dari menteganya benar-benar "ada", tajam menyebar memenuhi sang indera pengecap, tidak seperti di rata-rata warung
seafood dimana mentega hanya digunakan sebagai syarat untuk memenuhi kesesuaian dengan judul masakannnya. Akhirnya aku paham ternyata si timun disiapkan untuk mengurangi rasa gurih asin yang tajam menyeruak tersebut. Padukan pasangan duet maut tersebut ke dalam sepiring nasi putih dan tambahkan sambal yang agak encer khas resto ini yang tersohor dengan citarasa paduan pedas dari cabai dan asam dari jeruk konci, maka anda akan dapatkan sebuah sajian seafood
four thumbs up.
Dan sajian kelompok terakhir yang dihidangkan adalah seafood serba ikan, yaitu tengiri bakar bumbu dan sajian berbahan ikan jebung. Untuk sajian dari ikan jebung tersebut aku sendiri kurang jelas mengetahui dimasak apa ikan tersebut. Namun dari noda gosong yang ada pada kulit ikan, nampaknya sajian tersebut diolah dengan cara dipanggang. Terlepas dari aku yang memang agak pilih-pilih soal makan ikan, wujud ikan yang sangar tersebut -mirip seperti ikan gigi tonggos yang kupancing saat di Pulau Tidung- membuatku tidak berselera untuk memangsanya.
Pose bersama ikan jebung dengan kepiting saus tiram
Berbeda dengan si ikan jebung, ikan tengiri bakar bumbu justru sangat menggugah selera. Sajian dari ikan yang memang banyak berhabitat di perairan sekitar pulau Bangka ini tampil dengan porsi besar. Kami mendapat kira-kira sepertiga bagian dari ikan tersebut, dugaanku ikan tersebut panjang keseluruhannya sekitar satu meter. Daging ikan yang montok tersebut kemudian dibelah menjadi dua dan dibakar dengan bumbu-bumbu yang aku sendiri kurang jelas mengetahui apa saja dan seberapa banyak komposisinya. Namun yang pasti selain bumbu-bumbu dapur yang umum (bawang merah, bawang putih, garam, dll.) ditambahkan juga kunyit, terlihat dari warna sajian ini yang kuning
nyeter bahkan bisa dikatakan condong ke oranye. Bahan-bahan tadi kemudian dihaluskan dan tidak lupa ditumis terlebih dahulu sebelum dijadikan olesan supaya rasanya lebih mantab. Bumbu halus tadi kemudian dioleskan tebal-tebal ke daging si tengiri dan dibakar. Dan diakhir proses pembakaran sepertinya ditambahkan perasan jeruk konci, terlihat dari biji jeruk yang menyembul di sela-sela bumbu. Soal rasa tidak usah ditanya lagi, benar-benar
four thumbs up. Susah untuk dideskripsikan dengan kata-kata, silakan cicipi sendiri untuk merasakan betapa
makjrengnya tengiri bakar bumbu tersebut.
Tengiri bakar bumbu. Setelah semua menu tampil dan proses memangsa selesai, waktunya untuk urusan bayar membayar. Untuk semua menu tersebut, nasi & minuman untuk 6 orang serta lalapan plus sebungkus ayam goreng khas resto ini tersajilah secarik
bill senilai Rp 490.000. Suatu angka yang cukup fantastis bagiku untuk suatu sajian seafood porsi 6 orang, meskipun begitu aku mengakui itu adalah sebuah harga yang
worthed bagi suatu sajian seafood yang benar-benar
extremelicious, suatu sajian
seafood dengan tingkat kelezatan yang belum pernah kujumpai seumur hidup. Yang jelas, saat berkunjung ke pulau Bangka lagi -entah berapa tahun lagi- akan kupastikan bahwa restoran Mr. Asui akan masuk ke daftar kunjungan.
Bagi yang penasaran mau menjajal kelezatan seafood racikan Mr. Asui ini alamatnya.
Seafood Restaurant Mr. Asui. Jl. Kampung Bintang Dalam no 93/12
Pangkalpinang, Bangka-Belitung.
Telepon 0717-423772.